• Pilih Bahasa :
  • indonesian
  • english

Pandangan Sosial Budaya dalam Praktik Pemberian Makanan Bayi dan Anak: Teori dan Realita

  • Terakhir diperbaharui : Rabu, 02 Maret 2022
  • Penulis : Devi Puspita Sari, S.Komp
  • Hits : 2051

FIKES UPNVJ -  Dosen Program Studi Gizi Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta menuliskan tentang Pandangan Sosial Budaya dalam Praktik Pemberian Makanan Bayi dan Anak: Teori dan Realita yang dituliskan Oleh : Firlia Ayu Arini, SKM, MKM

Firli_Ayu_Arini,_SKM,_MKM_(NIK._485011109251).jpg

Sebagai orang tua, menjamin tumbuh kembang anak adalah prioritas utama, apalagi untuk yang memiliki latar belakang bidang kesehatan masyarakat seperti saya. Segala teori mengenai kesehatan dan gizi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak sudah pernah diajarkan dan diujikan, namun sesampainya di masyarakat bahkan dalam lingkup kelompok terkecil masyarakat yaitu keluarga, tidak semua teori itu dapat diterapkan sebagaimana keinginan dan harapan.

Indonesia yang memiliki banyak suku, memiliki beragam praktik pemberian makanan bayi dan anak yang sudah menjadi budaya di masyarakat.meskipun pedoman pemberian makanan yang tepat telah ditetapkan oleh pemerintah dan diinformasikan melalui buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pada praktiknya, tidak semua dapat melakukan sesuai dengan pedoman tersebut.  Pemerintah dalam Undang Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 telah mengatur  standar Pemberian Makanan Bayi dan Anak  (PMBA) yaitu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, diawali dengan inisiasi menyusu dini (IMD) sesaat setelah bayi dilahirkan, lalu  setelah bayi berusia 6 bulan dilanjutkan dengan memberikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) dan terus memberikan ASI sampai usia 2 tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, angka cakupan IMD dan ASI eksklusif di Indonesia cenderung rendah, hanya berkisar 30-40% sementara target pemerintah, paling tidak angkanya mencapai 80%(1). 

Kegagalan ASI eksklusif antara lain  adalah karena pemberian makanan prelakteal yaitu makanan yang diberikan setelah bayi baru lahir dan belum menerima ASI,  susu formula pengganti ASI dan MPASI dini. Setelah menikah, saya tinggal mengikuti suami yang sebenarnya lokasinya tidak jauh dari rumah orang tua dan masih di wilayah Jakarta, tetapi lingkungan tempat tinggal kami bukan komplek perumahan melainkan kampung yang masih kuat sekali adat betawinya. Beberapa praktik pemberian MPASI dini yang sering dilakukan di masyarakat termasuk juga di lingkungan sekitar dan keluarga suami yang berdarah betawi yaitu pemberian madu, air tajin, pisang dan nasi yang ditumbuk dengan pisang. Selama masa pemberian ASI sampai selesai menyusui di usia anak pertama saya dua tahun lebih, beberapa kendala dalam pemberian IMD, ASI eksklusif dan MPASI juga saya alami. Berbagai kepercayaan dari segi agama dan budaya mendasari pemberian makanan untuk bayi,termasuk pantangan dan anjuran memakan jenis pangan tertentu untuk saya selama menyusui.

Informasi