• Pilih Bahasa :
  • indonesian
  • english

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UPNVJ MELAKSANAKAN OUTBREAK RESPON IMMUNIZATION (ORI) KE-3

  • Terakhir diperbaharui : Rabu, 31 Oktober 2018
  • Penulis : Devi Puspita Sari, S.Komp
  • Hits : 4164

FIKES UPNVJ LIMO - Fakultas Ilmu Kesehatan UPN Veteran Jakarta Pada Hari Rabu Tanggal 31 Oktober di Poliklinik Lantai 2 Fisioterapi telah dilaksanakan Kegiatan OUTBREAK RESPON IMMUNIZATION (ORI) KE-3. Kegiatan tersebut terdiri dari Kajur Keperawatan Wiwin Winarti, Kaprodi S1 Keperawatan Duma Lumban Tobing, DIII Keperawatan dan para Dosen keperawatan yaitu Evin Novianti, Santi Herlina, Sang Ayu Made Adyani, Lima Florensia, Rista Apriana, Tatiana Siregar dan Diah Ratnawati dan dibantu oleh TIM Medis dari Puskesmas Depok yaitu dr. Ovie, Bidan Meliana, Sumali, Evy Simbolon.

Peserta OUTBREAK RESPON IMMUNIZATION (ORI) KE-3 terdiri dari mahasiswa FIKES UPNVJ Angkatan 2018 = 492 mahasiswa, Angkatan 2017 = 459 dan Angkatan 2016 = 461 mahasiswa total mahasiswa yang mendapatkan suntikan OUTBREAK RESPON IMMUNIZATION (ORI) KE-3 adalah 1412

Outbreak Response Immunization (ORI) adalah salah satu upaya penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit dengan pemberian imunisasi. ORI merupakan strategi untuk mencapai kekebalan individu dan komunitas hingga sebersar 90-95%. Sehingga KLB difteri bisa diatasi.

Tahun 2017, Indonesia mengalami KLB difteri di 20 provinsi. Hingga November 2017, terdapat 593 kasus dan 32 kematian yang dilaporkan. Sehingga, menempatkan Indonesia di posisi nomor dua dengan kasus difteri terbanyak di Dunia setelah India.  Berbeda pada tahun sebelumnya, rentang usia penderita difteri dari usia 3,5 tahun hingga usia 45 tahun yang tertua pada tahun 2017. Data Ditjen P2P Kemenkes, disebutkan bahwa 66 persen dari jumlah prevalensi tidak melakukan imunisasi, tiga puluh satu persen melakukan imuniasi, tetapi status imunisasinya tidak lengkap. Padahal, untuk terbebas dari difteri, setidaknya harus mendapatkan tiga kali penyuntikan.

Difteri merupakan penyakit menular yang disebakan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae, penyakit ini ditularkan melalui percikan ludah atau dahak penderita difteri. Bakteri ini menyerang selaput hidung, tenggorok atau kadang kulit. Toksin yang dikeluarkan dapat mematikan sel-sel hidup di tenggorok sehingga menghasilkan lapisan membran yang dapat menyumbat saluran pernapasan. Selain itu, jika toksin menyebar ke pembuluh darah, dapat menyebar dan merusak jaringan lain seperti saraf, jantung dan ginjal, sehingga risiko kematian tinggi pada penderita difteri. Terlebih jika pasien difteri terlambat ditangani.

Penyakit difteri dapat dicegah dengan pemberian imunisasi DTP (Difteri Tetanus Pertusis) sebanyak empat kali untuk anak sampai usia 18 bulan. Dan, diulang saat anak di kelas 1, 2 dan 5 sekolah dasar (BIAS) agar anak mendapatkan perlindungan yang optimal.

Saat ini, ORI dikhususkan untuk wilayah DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Ketiga provinsi tersebut dipilih karena tingginya prevalensi dan kepadatan penduduknya. Individu yang mendapatkan ORI adalah anak usia 1 - < 19 tahun. Untuk anak usia 1 - < 5 tahun mendapatkan DPT-HB-HIB, anak usia 5 - < 7 tahun mendapatkan DT, dan usia 7 - < 19 tahun mendapatkan imunisasi Td, serta dilaksanakan sebanyak 3 putaran dengan interval 0-1-6 bulan, yaitu pada Desember 2017 (putaran pertama), Januari 2018 (putaran kedua), dan Juli 2018 (putaran ketiga). Dan, pemberian imunisasi ini diberikan tanpa melihat status imunisasi sebelumnya.

8.jpg

Persiapan menyaiapkan perlengkapan OUTBREAK RESPON IMMUNIZATION (ORI) KE-3.

9.jpg

10.jpg

Dosen S1 Keperawatan Evin Novianti, M.Kep, Sp.Kep. J Sedang menyuntik mahasiswa

13.jpg

Kajur Keperawatan Ns.Wiwin Winarti, M. Epid Sedang menyuntik mahasiswa

12.jpg

Dosen S1 Keperawatan Ns. Santi Herlina, M.Kep, Sp.Kep. KMB dan DIII Keperawatan Ns. Lima Florensia, S.Kep. M.Kes Sedang menyuntik mahasiswa

Informasi