• Pilih Bahasa :
  • indonesian
  • english

MENTAL HEALT URBAN NURSING MENUJU JAKARTA SEHAT JIWA

  • Terakhir diperbaharui : Senin, 09 April 2018
  • Penulis : Devi Puspita Sari, S.Komp
  • Hits : 2675

PASIEN----SEHAT, PERAWAT----SEJAHTERA, JAKARTA -----MAJU

SEMINAR KEPERAWATAN JIWA DAN MUSYAWARAH WILAYAH

IKATAN PERAWAT KESEHATAN JIWA INDONESIA (IPKJI) PROPINSI DKI JAKARTA

Indikator kesehatan jiwa yang dinilai pada Riset Kesehatan Dasar 2013 antara lain gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional. Gangguan jiwa berat antara lain berupa halusinasi, ilusi, waham, gangguan prosespikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh misalnya agresivitas atau katatonik. Gangguan mental emosional adalah istilah yang sama dengan distress psikologik. Gangguan ini dapat berlanjut menjadi gangguan yang lebih serius apabila tidak berhasil di tanggulangi.

Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 per mil penduduk, dan gangguan mental emosional 6,0% penduduk. Sedangkan data Propinsi DKI Jakarta yang disajikan oleh Badan Litbangkes Kemenkes 2013 dalam bukunya Riset Kesehatan Dasar dalam Angka Provinsi DKI Jakarta menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat di Propinsi DKI Jakarta sebesar 1,1 per mil. Kota Jakarta Timur menduduki peringkat tertinggi yaitu 2,2 per mil, disusul Kepulauan Seribu (1,5 per mil), Jakarta Utara (1,2 per mil), Jakarta Barat (1,0 per mil), Jakarta Selatan (0,2 per mil), dan Jakarta Pusat (0,0 per mil). Sedangkan gangguan mental emosional prevalensinya 4,4%. Jakarta timur kembali menduduki peringkat paling tinggi untuk gangguan mental emosional diatas dari prevalensi Propinsi DKI yaitu 6,4%, selanjutnya disusul Jakarta Kepulauan Seribu (4,5%), Jakarta Utara (4,1%), Jakarta Pusat (3,4%), Jakarta Barat (2,7%), Kepulauan Seribu (1,0%).

Tingkat pertumbuhan penduduk yang tidak disertai dengan pertumbuhan wilayah, akan mengakibatkan terjadinya kepadatan penduduk yang menambah beban berat bagi kota dalam rangka persiapan infrastruktur baru seperti pendidikan, kesehatan serta  pelayanan-pelayanan perkotaan lainnya. Dalam kurun waktu hingga 2030 jumlah penduduk perkotaan dunia diperkirakan akan meningkat 56%, di Asia naik 71%, dan khususnya di Indonesia meningkat 74% (UNDP and ADB, 2006).

Propinsi DKI Jakarta sebagai pusat ibu kota negara perlu mempersiapkan kota yang tanggap dengan permasalahan kesehatan jiwa. Berbagai kondisi psikologis yang menjadi indikator taraf kesehatan jiwa masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan karakteristik kehidupan diperkotaan (Urban Mental Health) meliputi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), kasus perceraian, remaja putus sekolah, kriminalitas anak dan remaja, masalah anak jalanan, penyalahgunaan narkotik, psikotropika dan zat adiktif (napza) serta dampaknya (hepatitis C, HIV/AIDS, dan lainnya), gelandangan psikotik, serta kasus bunuh diri. Penduduk kota lebih beresiko untuk mengalami gangguan kesehatan mental yang disebabkan banyak faktor.

Penelitian yang dilakukan oleh Montreal Imaging Stress Task menunjukan 12 % penduduk kota lebih beresiko mengalami gangguan kesehatan mental dibanding penduduk yang tinggal di pedesaan. Selain itu hidup di kota besar tak bisa lepas dari masalah kemacetan yang nantinya bisa memicu terjadinya traffic stress syndrom atau TSS (sindrom stres akibat macet). Kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi kesehatan mentalnya.

Berdasarkan paparan angka kejadian diatas dan pentingnya pengembangan mental health urban nursing menuju jakarta sehat jiwa maka Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI DKI Jakarta) mengambil bagian untuk memberikan kontribusi melalui Seminar dan Musyawarah Wilayah se-DKI Jakarta. Seminar dilakukan diawal kegiatan sebagai stadium general urgensi permasalahan kesehatan jiwa di perkotaan yang menghadirkan narasumber: GUBERNUR DKI JAKARTA, Anies Baswedan, PhD yang menyampaikan tentang “Potret Kesehatan Jiwa DKI JAKARTA dan Rencana Strategi Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa Perkotaan”, kemudia narasumber lain Prof. Dr. Budi Anna Keliat, SKp., M.App.Sc yang merupakan Guru Besar Fakultas Ilmu Keperawatan UI sekaligus sebagai Dewan Pakar IPKJI. Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) DKI Jakarta Jajang Rahmat, M.Kep., Sp.Kep.Kom akan menyampaikan tentang “Kebijakan Organisasi Profesi Untuk Pengembangan Kompetensi Keahlian Perawat Jiwa”. Pembicara selanjutnya yaitu Ketua IPKJI Propinsi DKI Jakarta, Ns. Evin Novianti, M.Kep. Sp.Kep.J yang akan memaparkan tentang “Kajian Pengembangan Pelayanan Kesehatan Jiwa Perkotaan”

Setelah rangkaian seminar, GUBERNUR akan meresmikan pembukaan Musyawarah Wilayah IPKJI DKI Jakarta yang bertujuan menyusun rencana-rencana pengembangan program yang mampu mengatasi permasalahan kesehatan jiwa di Propinsi DKI khusunya melalui sidang-sidang komisi yang terbagi menjadi Komisi Pendidikan dan Riset, Komisi Pelayanan, dan Komisi Pengembangan Anggota. Puncak kegiatan ini adalah rekomendasi program pengembangan keperawatan kesehatan jiwa perkotaan dan terpilihnya Ketua Baru Pengurus Wilayah IPKJI Propinsi DKI.

Jakarta, 7 April 2018

Pengurus Wilayah IPKJI DKI JAKARTA

img075.jpg

EVIN.jpg

img074.jpg

Informasi